Minggu, 28 Juli 2013

[Review] 'XXI SHORT FILM 2013' Antologi Film Pendek Kaya Rasa

 [Review] 'XXI SHORT FILM 2013' Antologi Film Pendek Kaya Rasa

Film pendek cenderung tak dianggap. Padahal dari fitur seperti ini (entah dokumenter, animasi atau fiksi naratif) lahirlah filmmaker besar yang kini mewarnai blantika perfilman Indonesia.
Untuk membangkitkan hal tersebut Cinema 21, sebagai jaringan bioskop terbesar di Indonesia, menggelar XXI Short Film Festival 2013. Setelah melalui beberapa proses terpilihlah para pemenang yang filmnya dijadikan dalam satu antologi bertajuk XXI SHORT FILM 2013 yang kaya rasa.
JADI JAGOAN ALA AHOK
Dokumenter yang menyorot sosok Basuki Tjahtja Purnama alias Ahok ini membuka jalannya antologi. Disutradarai oleh Amelia Hapsari dan Almarhum Chandra Tanzil. Bersetting di tahun 2009 saat Ahok mengampanyekan diri di Bangka-Belitung yang 80 persen penduduknya adalah muslim.
Penyajian dokumenter ini cukup unik karena diberi selipan animasi yang lucu dan segar. Berhasil mengundang rasa penasaran mengikuti untuk alur penceritaan yang linear.
KERIPIK SUKUN MBOK DARMI
Animasi karya Heri Kurniawan yang berdurasi empat menit ini awalnya merupakan tugas akhir. Cukup menarik melihat premis serta visualisasi yang unik. Namun sayang, beberapa kekurangan minor membuat sulit dinikmati.
HONEY, I'M HOME
Dokumenter kreasi oleh Dosy Omar. Berkisah tentang perjalanan pulang Turisman ke rumahnya setelah 7 bulan dipenjara akibat mencuri sepeda united.
Dosy Omar terbilang semau gue dalam membesut karyanya. Namun sempalan dramatisasi terasa mengganggu walau cukup relevan untuk menyampaikan muatan pesan yang diemban.
MORIENDO
MORIENDO besutan Andrey Pratama berkisah tentang wanita galau yang berteman dengan sosok tua pencabut nyawa. Animasinya cukup compatible dengan nuansa depresif yang tersaji sepanjang film. Pun dengan iringan musik yang menyayat.
Unfortunately puitisasi dalam dialognya agak janggal didengar. Membuktikan bahwa tidak selamanya keindahan kata dalam tulisan bisa terdengar baik saat diubah dalam bentuk visualisasi.
WAN AN
Standing applause untuk WAN AN besutan Yandy Laurens yang dibintangi oleh aktor senior Henky Solaiman dan Maria Oentoe. Bercerita tentang pasangan renta beretnis Tionghoa dan kehidupan mereka sehari-hari yang repetitif. Permainan kematian dalam film ini sukses mengecoh emosi penonton. Tak terlalu istimewa, namun tidak bisa terlupakan.
SALAH GAUL
Segmen terakhir menyorot gap generasi 4L4Y (anak layangan, anak lebay, whatever) di Indonesia. Antara penting tidak penting, namun dokumenter karya Abdul Razzaq dan Sahree Ramadhan asal Surabaya ini akan menjadi fitur unik beberapa tahun mendatang. Terkesan repetitif, tapi cukup mengundang tawa. Aku tanpamu butiran debu...



sumber : kapanlagi.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar